Mengambil jalan usaha melalui peternakan masih sangat umum khususnya di daerah pedesaan. Keinginan untuk mendapatkan keuntungan lebih maka harus didukung oleh persediaan modal yang lebih juga. Untuk memulai usaha tak jarang jika akhirnya memutuskan beternak dengan sistem kemitraan. Kemudahan yang ditawarkan oleh pihak mitra berupa bantuan sapronak yang bisa dibayarkan pasca panen (term of payment) dan bantuan untuk memasarkan hasil produksi. Sapronak berupa DOC, pakan dan vaksin yang berkualitas mendukung agar bisa memperoleh hasil sesuai target. Selain itu pada saat penawaran sapronak juga biasanya ada pendampingan tim ahli dari pihak mitra. Apalagi untuk peternak pemula pasti akan sangat terasa terbantu. Selama pendamping dari tim ahli dipastikan peternak bisa memahami teknis operasional kandang dan beternak. Serta untuk bahan evaluasi dengan cara menghitung FCR (Feed Conversi Ratio) , Deplesi serta Indeks Performant dari perhitung inilah biasanya peternak bisa mendapatkan
Effective Microorganism 4 atau yang biasa disingkat EM4 pertama kali
ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang.
Larutan EM4 berisi mikroorganisme fermentasi (Indriani, 2004). Jumlah
mikroorganisme fermentasi dalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus.
Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
memfermentasikan bahan orgnaik. Dari
sekian banyak mikroorganisme ada lima golongan yang pokok yaitu bakteri Fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces
sp, Ragi (Yeast) dan Actinomycetes.
EM bukanlah pupuk tetapi bahan yang dapat
mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan kualitas pupuk. Keunggulan teknologi EM4 adalah pupuk kompos dapat
dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibanding ketika menggunakan cara
konvensional. Selain itu EM4 dapat menekan patogen dalam tanah, meningkatkan
ketersediaan unsur hara pada tanaman, menekan aktivitas serangga hama dan
patogen, meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan serta
mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia (Djuarnani et al., 2006)
Contoh produk yang merupakan hasil dari proses
fermentasi dengan teknologi EM4 adalah bokasi / pupuk kompos. Peranan bokasi
sama dengan pupuk kompos lainnya namun bokasi yang dibuat dengan penambahan EM4
memiliki keuntungan penggunaan yaitu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman meskipun bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos. Apabila
bokasi dimasukan kedalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai
substrat oleh mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak dalam tanah sekaligus
sebagai tambahan persediaan unsur bagi tanaman (Sutanto, 2002).
Limbah peternakan yang berupa
kotoran sangat bermanfaat untuk dijadikan pupuk karena banyak mengandung unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Jenis pupuk dari kotoran ternak dibagi
menjadi dua jenis. 1). Pupuk dingin; yaitu pupuk diuraikan secara perlahan oleh
mikroorganisme sehinga tidak panas. Contohnya yaitu dari kotoran sapi, kerbau
dan babi. 2). Pupuk panas; yaitu pupuk yang dihasilkan dari proses penguraian
yang cepat sehingga menimbulkan panas. Contohnya dari kotoran ayam, kambing dan
kuda (Parnata, 2004). Limbah ternak yang paling mudah ditemukan yaitu kotoran
ayam. Kotoran ayam memiliki kandungan Nitrogen yang tinggi yang berfungsi untuk
meningkatkan pembentangan sel dan pembelahan sel, sehingga tanaman bisa
mencapai pertambahan tinggi yang optimal. Semakin tinggi tanaman maka jumlah
daun pun semakin banyak.
Eka Jumiati (2009) telah melakukan penelitian pada
tanaman Bayam Merah hidroponik. Bayam diberi pupuk kotoran ayam memiliki batang
yang lebih tinggi dan jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan Bayam yang
diberikan pupuk jenis lain. Ternyata pupuk kotoran ayam tadi jika diberikan campuran
EM4 maka tinggi tanaman akan semakin meningkat. Ini terjadi karena EM4 yang
diberikan pada larutan fermentasi menghasilkan semakin banyak mikroorganisme
yang merombak senyawa makro dan mikro yang tersedia bagi tanaman. Menurut
Subhan dan Asandhi (1998) cit.
Purwanti (2017) bahan organik yang terdekomposisi sempurna memiliki
ketersediaan unsur hara lebih cepat diserap oleh akar tanaman.
Sudah bisa dibayangkan ya keuntungan
yang bisa didapatkan oleh para petani sayuran hijau jika menggunakan pupuk
kotoran ayam yang difermentasi oleh EM4. Untuk mendapatkan EM4 kita bisa
membelinya di toko karena sudah tersedia berbagai merk produk EM4 yang beredar
di masyarakat. Harganya pun terbilang tidak terlalu mahal, namun jika ingin
sedikit menghemat kita bisa membuatnya sendiri. Bahan-bahan yang digunakanpun
tidak terlalu sulit ditemukan karena banyak disekitar kita. Berikut adalah cara membuat EM4 :
Alat dan Bahan :
-
0,5 kg pepaya
matang atau kulitnya
-
0,5 kg pisang
matang atatu kulitnya
-
0,5 kg nanas
matang atau kulitnya
-
0,25 kg kacang
panjang segar
-
0,25 kg kangkung
air
-
1,5 kg batang
pisang muda (bagian dalam)
-
1 kg gula pasir
-
0,5 liter air
nira atau air kelapa
-
Ember/tong
-
Jerigen
-
Saringan
Cara pembuatan :
1.
Bahan no 1 – 6
diblender
2.
Masukkan kedalam
ember
3.
Masukkan gula
pasir dan air kelapa/air nira, aduk hingga tercampur rata
4.
Ember ditutup
rapat dan simpan selama 7 hari
5. Ember berisi
adonan tersebut disimpan ditempat yang tidak terpapar sinar matahari
langsung/di dalam rumah
6.
Setelah 7 hari
cairan yang dihasilkan diambil dan disaring
7.
Setelah disaring
masukkan cairan tersebut kedalam jerigen dan ditutup rapat
8.
EM4 siap
digunakan
EM4 yang sudah jadi dapat bertahan selama 6 bulan
dalam penyimpanan.
Pemanfaatan limbah peternakan untuk peningkatan
produktivitas tanaman sayur ternyata bisa dilakukan dengan cara yang mudah. Selamat mencoba !
Sumber
:
Djuarnani, N., Kristian dan Budi
S.S. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Indriani. 2004. Membuat kompos
secara kilat. Penebar Swadaya. Jakarta
Jumiati, E. 2009. Pengaruh Berbagai
Konsentraasi EM4 pada Fermentasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Bayam Merah (Amaranthus Tricolor
L.) Secara Hidroponik. Skripsi. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Parnata, A. S. 2004. Pupuk Organik
Cair, Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Purwanti, D. 2007. Pengaruh Macam
dan Konsentrasi Pupuk organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Hijau
(Brassica juncea L.) secara Hidroponik.Skripsi S1. Facultas Pertanian UNS.
Surakarta
Sutanto, R. 2002. Pertanian
Organik. Penerbit Kansius. Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar